Cara merawat laptop tidak begitu sulit sebenarnya karena laptop itu bukan komputer desktop. Laptop sangat butuh perhatian/perawatan juga agar awet layaknya kekasih kita, supaya bisa dipakai sampai tua dan body-nya tetap bagus dan sexy.
Laptop itu barang elektronik yang sangat sensitif seperti halnya kekasih perempuan kita, bila tidak dirawat dengan baik maka akan seringlah si laptop tersebut berpaling ke tukang service laptop.(kok jadi cinta"an) Perlu diketahui juga, komponen laptop itu lebih mahal dibandingkan komponen komputer desktop atau PC. Nah, maka dari itu untuk menghindari kantong kita bolong, sebaiknya lakukan deh tips merawat laptop untuk Laptop Acer, DELL, Toshiba, HP, Asus, Axio, dll :
1. Jangan sembarangan mendownload software" dari internet
Biasanya nih, klo udah ada koneksi kenceng alias ngebut, pasti deh kerjaannya download. Usahakan jangan download software yang tidak jelas asal usul silsilah keluarganya,(software ada keturunannya men) karena bisa membahayakan diri kita. Pakelah software" yang telah didapatkan dari paket laptopnya waktu pertama beli. Jika software hasil download sebaiknya scan dulu dengan antivirus paling top.
2. Jangan menginstall software" yang sekiranya jarang dipakai dan tidak berguna
Buat apa beli duren tapi gk dimakan. betul tidak? seperti halnya software yang sudah diinstall, jika tidak dipakai dan tidak berguna maka hanya akan menjadi sampah saja dan bisa bikin muntah. (bilang aja gk doyan duren)
3. Jangan meletakkan laptop diatas kasur saat sedang menyala
Dampak yang ditimbulkan cukup besar, berdasarkan pengalaman teman saya. Setelah beberapa jam saja laptopnya ditaro diatas kasur, keesokan harinya adaptornya langsung rusak.
4. Jaga kebersihan laptop anda
Usahakan laptop anda tidak boleh ada debu sama sekali, selalu setiap habis dipakai lap dengan kain putih bersih agar bebas debu dan kuman penyakit. Pakai pelindung layar dan pelindung keypad juga klo mampu beli.
5. Hindari getaran elektromagnetik
Jauhkan laptop anda dari alat-alat elektromagnetik seperti misalnya alat pengeras suara, loudspeaker, mesin, handphone, dan sumber getaran lainnya.
6. Rapikan kabel-kabel yang terhubung
Sebisa mungkin kabel-kabel ke laptop itu harus tertata rapi, jangan sampai membuat orang lain tersandung lalu jatuh dan terluka kemudian menyalahkan anda. Bisa repot lagi urusannya.
7. Rawatlah baterai laptop secara teratur
Hendaknya saat memakai laptop untuk waktu yang lama, baterai diisi penuh terlebih dahulu dengan catatan saat sedang diisi tidak dimainkan. Lalu jika sudah penuh cabut chargerannya lalu mainkan sampai baterai sisa sedikit lagi. Jaga sirkulasi udara juga, karena ini sangat penting apabila tidak terjadi sirkulasi udara yang lancar maka dapat menyebabkan over-heating.
8. Jangan menaruh benda diatas laptop
Apalagi benda yang berat, bisa" laptop anda langsung berpaling ke tukang service teknisi perbaikan laptop. Karena bisa merusak layar monitor.
9. Jangan sekali" untuk mencoba pindah-pindahkan laptop saat masih hidup. (karena dia bisa jalan sendiri)
Itu ada penjelasannya, begini ceritanya : Laptop yang masih hidup atau belum di shutdown/sleep berarti harddisknya juga sedang bekerja sehingga apabila digerakkan dapat menyebabkan head harddisk menggores cylinder, itu akibatnya sangat fatal.
10. Jika laptop anda bermasalah, jangan coba-coba untuk mencoba betulkan sendiri. Lebih baik diserahkan ke tukang service terdekat. Karena jika anda membetulkan sendiri bisa-bisa kerusakan menjadi semakin berat. Apalagi kalo masih garansi lalu anda membongkar laptop sendiri dan merusak sticker garansi yang masih ada pada laptop.
sumber : http://www.omdading.com/2012/02/tips-cara-merawat-laptop-baik.html
Selasa, 28 Mei 2013
Kamis, 25 April 2013
Tips dalam memilih mainan anak
Mainan merupakan sarana untuk bermain dan karena bermain menjadi bagian penting untuk pembelajaran anak, mainan dapat juga dijadikan sarana untuk belajar. Karena alasan inilah, sangat penting Anda sebagai orang tua dalam membuat keputusan yang tepat untuk memilih mainan anak yang akan diberikan kepada anak Anda. Dibawah ini ada 5 tips dalam memilih mainan anak, yaitu:
1. Pilihlah mainan yang akan merangsang pikiran anak dan mengasah keterampilan. Perkembangan anak menjadi hal yang sangat penting karena meliputi memelihara keseimbangan, koordinasi bilateral, kesadaran tubuh, koordinasi mata dengan tangan serta kaki, keterampilan motorik halus dan kasar, perkembangan bahasa, keterampilan mendengarkan, pemecahan masalah, kekuatan otot, keterampilan sosial, hubungan spasial dan pelacakan visual.
Hati-hati dalam membuat pilihan terhadap mainan anak. Ingat, mainan anak yang bagus adalah mainan yang membuat anak menjadi aktif dan tidak hanya menjadi penonton saja pasif. Misalnya, Mainan kayu bernama rancang bangun balok yang memungkinkan anak Anda untuk menggunakan imajinasinya dalam menciptakan suatu bentuk baru seperti bangunan, jembatan dll. Sementara mainan elektronik hanya menghibur anak Anda tanpa memperluas kemampuan mentalnya.
2. Pilihlah mainan aman. Banyak hal yang harus dimasukkan ke dalam daftar keselamatan seperti: tidak boleh ada bagian cukup kecil yang dapat dimasukan ke dalam mulut anak Anda, tidak boleh ada bagian yang longgar, tidak ada tepi tajam atau runcing yang dapat membahayakan anak Anda, tidak boleh ada tali panjang dan string yang dapat menimbulkan lemas atau bahaya tercekik, dan mainan harus terbuat dari bahan tidak beracun dan tidak boleh mengandung jumlah cat timbal yang berbahaya bagi anak Anda.
3. Pilihlah mainan yang sesuai untuk usia anak Anda. Selalu periksa rekomendasi usia pada bungkus mainan untuk melihat apakah mainan tersebut cocok untuk anak Anda. Jika Anda memiliki keraguan terhadap mainan yang hendak dibeli maka lebih baik jangan dibeli demi kemanan anak . Memilih mainan anak yang cocok untuk usia akan membuat kemajuan perkembangan anak Anda.
4. Pilih mainan yang tahan lama dan memiliki nilai bermain jangka panjang. Periksa pada bagian mainan untuk melihat apakah mainan anak itu terbuat dari bahan yang tahan lama dan memilih merek mainan yang dapat dipercaya untuk memastikan bahwa mainan yang Anda beli terbuat dari bahan kualitas tinggi dan akan bertahan lama dengan anak Anda. Rekomendasi jenis mainan yaitu rancang bangun balok karena memainkannya membutuhkan proses yang lama dan tidak ada habisnya. Selalu ada bentuk atau bangunan baru yang tercipta sesuai daya imajinasinya.
5. Pilihlah mainan yang sesuai dengan norma keluarga Anda. Jangan membeli mainan yang memberikan nilai negatif. Mainan anak Anda tidak hanya harus berperan dalam mengajarkan anak Anda keterampilan, tetapi juga nilai-nilai moral yang tepat bahwa dia akan perlu untuk tumbuh sebagai individu yang terhormat.
sumber : http://pelangimainan.com/
1. Pilihlah mainan yang akan merangsang pikiran anak dan mengasah keterampilan. Perkembangan anak menjadi hal yang sangat penting karena meliputi memelihara keseimbangan, koordinasi bilateral, kesadaran tubuh, koordinasi mata dengan tangan serta kaki, keterampilan motorik halus dan kasar, perkembangan bahasa, keterampilan mendengarkan, pemecahan masalah, kekuatan otot, keterampilan sosial, hubungan spasial dan pelacakan visual.
Hati-hati dalam membuat pilihan terhadap mainan anak. Ingat, mainan anak yang bagus adalah mainan yang membuat anak menjadi aktif dan tidak hanya menjadi penonton saja pasif. Misalnya, Mainan kayu bernama rancang bangun balok yang memungkinkan anak Anda untuk menggunakan imajinasinya dalam menciptakan suatu bentuk baru seperti bangunan, jembatan dll. Sementara mainan elektronik hanya menghibur anak Anda tanpa memperluas kemampuan mentalnya.
2. Pilihlah mainan aman. Banyak hal yang harus dimasukkan ke dalam daftar keselamatan seperti: tidak boleh ada bagian cukup kecil yang dapat dimasukan ke dalam mulut anak Anda, tidak boleh ada bagian yang longgar, tidak ada tepi tajam atau runcing yang dapat membahayakan anak Anda, tidak boleh ada tali panjang dan string yang dapat menimbulkan lemas atau bahaya tercekik, dan mainan harus terbuat dari bahan tidak beracun dan tidak boleh mengandung jumlah cat timbal yang berbahaya bagi anak Anda.
3. Pilihlah mainan yang sesuai untuk usia anak Anda. Selalu periksa rekomendasi usia pada bungkus mainan untuk melihat apakah mainan tersebut cocok untuk anak Anda. Jika Anda memiliki keraguan terhadap mainan yang hendak dibeli maka lebih baik jangan dibeli demi kemanan anak . Memilih mainan anak yang cocok untuk usia akan membuat kemajuan perkembangan anak Anda.
4. Pilih mainan yang tahan lama dan memiliki nilai bermain jangka panjang. Periksa pada bagian mainan untuk melihat apakah mainan anak itu terbuat dari bahan yang tahan lama dan memilih merek mainan yang dapat dipercaya untuk memastikan bahwa mainan yang Anda beli terbuat dari bahan kualitas tinggi dan akan bertahan lama dengan anak Anda. Rekomendasi jenis mainan yaitu rancang bangun balok karena memainkannya membutuhkan proses yang lama dan tidak ada habisnya. Selalu ada bentuk atau bangunan baru yang tercipta sesuai daya imajinasinya.
5. Pilihlah mainan yang sesuai dengan norma keluarga Anda. Jangan membeli mainan yang memberikan nilai negatif. Mainan anak Anda tidak hanya harus berperan dalam mengajarkan anak Anda keterampilan, tetapi juga nilai-nilai moral yang tepat bahwa dia akan perlu untuk tumbuh sebagai individu yang terhormat.
sumber : http://pelangimainan.com/
memilih mainan bayi yang tepat
Ada saat-saat ketika Anda merasa sulit untuk mendapatkan mainan bayi untuk anak Anda karena tidak punya ide dalam memilih mainan bayi terbaik untuk mereka. Ini adalah salah satu fakta yang sering dialami oleh orang tua. Bayi Anda belajar dengan sangat cepat, mengambil segala sesuatu yang ada di sekitar mereka, mencontoh perilaku, informasi dan kata-kata.
Anda harus terlibat dalam proses belajar bayi dan memberikan lebih banyak kesempatan bagi mereka. Oleh karena itu, Anda perlu memahami bagaimana bayi dapat merasakan benda yang mengelilingi mereka:
- Penglihatan
- Sentuh
- Suara
- Gerak
Selalu membantu untuk diingat bahwa Anda tidak perlu memberikan mainan yang mewah dan mahal untuk merangsang bayi. Anda mungkin membeli mainan yang sangat trendi untuk bayi Anda hanya untuk mendapatkan kemasan yang jauh lebih menarik. Bayi hanya membutuhkan stimulasi dan cara untuk mengekspresikan kreativitas mereka, dan ini dapat dilakukan dengan membuat atau mencari mainan eduaktif sendiri.
Selalu pastikan bahwa mainan bayi tersebut aman dan bersih, bebas dari bagian yang longgar dan tepi yang tajam. Berikut ini adalah beberapa tips untuk menggunakan benda-benda yang tergeletak di sekitar rumah untuk dapat dimainkan oleh bayi.
Majalah : Di bawah pengawasan, biarkan bayi Anda membolak-balik majalah dan menikmati warna.
Kaos kaki : Pada kaus kaki, sulamlah menjadi bentuk mata dan hidung dan menceritakan kisah tentang wayang kepada bayi Anda. (Hindari menggunakan tombol untuk mata atau hidung, karena berbahaya.)
Keranjang laundry : Bayi senang duduk di keranjang cucian. Jika keranjang cukup tinggi dan bayi Anda bisa duduk sendiri, biarkan mereka bersenang-senang untuk sementara.
Wadah : Gunakan wadah yang bersih, tidak beracun dan cangkir berwarna-warni dapat membuat anak anda senang.
kotak karton : Ini adalah mainan bayi paling favorit.
Kotak sederhana, aman dan memberikan kesempatan besar bagi kreativitas. Bayi Anda dapat membuat kotak menjadi playhouse dan mewarnai dengan krayon untuk membuatnya menjadi lebih indah.
Mengklasifikasikan dan Identifikasi Mainan Bayi
Selalu diingat bahwa mainan harus sulit dipecahkan, bebas dari potongan-potongan kecil yang tajam, dan tidak beracun. Anda harus selalu waspada dan memeriksa mainan untuk menghindari beberapa kemungkinan yang berbahaya. Namun, mainan sering dikemas sedemikian rupa sehingga sulit untuk mengidentifikasi potensi bahaya keamanan. Dalam kasus tersebut, sangat penting bahwa Anda mengkategorikan mainan berdasarkan kategori yang lebih luas (plastik, listrik, tidak beracun, dll) dan dengan demikian dapat menghindari pembelian yang tidak pantas.
- Mainan Bayi yang Tidak Tepat
- Berikut ini mainan yang tidak perlu diberikan kepada bayi Anda, yaitu:
- Mainan listrik harus dihindari.
- Mainan dengan pembungkus plastik yang mudah terlepas.
- Mainan yang membuat bayi mudah tersedak harus dihindari.
- Mainan yang tidak mengandung rekomendasi usia.
- Bola atau kelereng kecil ukuran1,75 inci dapa menyebabkan bahaya tersedak.
- Tali dan kalung dapat mencekik anak-anak kecil.
Jika ada sesuatu yang Anda tidak yakin, seperti, bahan mainan atau cara penggunaan, lebih baik anda menghindari membeli mainan anak itu.
Mainan Bayi yang Tepat
Berikut adalah beberapa contoh dari mainan yang aman dan tepat:
- Puzzle : Mainan ini dapat membantu anak dalam mengembangkan daya pikir.
- Wiregame : mainan bayi ini akan membantu koordinasi antara mata dengan tangan.
- Boneka : Mainan boneka merupakan mainan yang populer dan sangat cocok untuk bayi anda.
- Buku : Sekarang dapat dengan mudah ditemukan buku yang memiliki warna cerah dan dapat bersuara.
Kesimpulan
Penting untuk selalu diingat adalah selalu membelikan bayi Anda berupa mainan yang tidak mudah pecah dan juga tidak beracun. Perlu di ingat juga bahwa memilih mainan yang aman untuk bayi sangat penting, tapi itu bukan pengganti untuk pengawasan dan keterlibatan orang tua terhadap tumbuh dan berkembang bayi nya.
Sumber : http://pelangimainan.com/
Minggu, 17 Maret 2013
yogyakarta
Kla Project – Yogyakarta
Pulang ke kotamu, ada setangkup haru dalam rindu
Masih seperti dulu
Tiap sudut menyapaku bersahabat penuh selaksa makna
Terhanyut aku akan nostalgi saat kita sering luangkan waktu
Nikmati bersama suasana Jogja
Di persimpangan, langkahku terhenti
Ramai kaki lima menjajakan sajian khas berselera
Orang duduk bersila
Musisi jalanan mulai beraksi seiring laraku kehilanganmu
Merintih sendiri, di tengah deru kotamu
(Walau kini kau t’lah tiada tak kembali) Oh…
(Namun kotamu hadirkan senyummu abadi)
(Izinkanlah aku untuk s’lalu pulang lagi)
(Bila hati mulai sepi tanpa terobati) Oh… Tak terobati
Musisi jalanan mulai beraksi, oh…
Merintih sendiri, di tengah deru, hey…
sumber www.rizkyonline.com
Walau kini kau t’lah tiada tak kembali
Namun kotamu hadirkan senyummu abadi
Izinkanlah aku untuk s’lalu pulang lagi
(untuk s’lalu pulang lagi)
Bila hati mulai sepi tanpa terobati, oh…
(Walau kini kau t’lah tiada tak kembali)
Tak kembali…
(Namun kotamu hadirkan senyummu abadi)
Namun kotamu hadirkan senyummu yang, yang abadi
(Izinkanlah aku untuk s’lalu pulang lagi)
Izinkanlah untuk s’lalu, selalu pulang lagi
(Bila hati mulai sepi tanpa terobati)
Bila hati mulai sepi tanpa terobati
Walau kini engkau telah tiada (tak kembali) tak kembali
Namun kotamu hadirkan senyummu (abadi)
Senyummu abadi, abadi…
Pulang ke kotamu, ada setangkup haru dalam rindu
Masih seperti dulu
Tiap sudut menyapaku bersahabat penuh selaksa makna
Terhanyut aku akan nostalgi saat kita sering luangkan waktu
Nikmati bersama suasana Jogja
Di persimpangan, langkahku terhenti
Ramai kaki lima menjajakan sajian khas berselera
Orang duduk bersila
Musisi jalanan mulai beraksi seiring laraku kehilanganmu
Merintih sendiri, di tengah deru kotamu
(Walau kini kau t’lah tiada tak kembali) Oh…
(Namun kotamu hadirkan senyummu abadi)
(Izinkanlah aku untuk s’lalu pulang lagi)
(Bila hati mulai sepi tanpa terobati) Oh… Tak terobati
Musisi jalanan mulai beraksi, oh…
Merintih sendiri, di tengah deru, hey…
sumber www.rizkyonline.com
Walau kini kau t’lah tiada tak kembali
Namun kotamu hadirkan senyummu abadi
Izinkanlah aku untuk s’lalu pulang lagi
(untuk s’lalu pulang lagi)
Bila hati mulai sepi tanpa terobati, oh…
(Walau kini kau t’lah tiada tak kembali)
Tak kembali…
(Namun kotamu hadirkan senyummu abadi)
Namun kotamu hadirkan senyummu yang, yang abadi
(Izinkanlah aku untuk s’lalu pulang lagi)
Izinkanlah untuk s’lalu, selalu pulang lagi
(Bila hati mulai sepi tanpa terobati)
Bila hati mulai sepi tanpa terobati
Walau kini engkau telah tiada (tak kembali) tak kembali
Namun kotamu hadirkan senyummu (abadi)
Senyummu abadi, abadi…
Lagu ini begitu berarti, dihayati setiap katanya, dirasakan alurnya :) selamat menikmati dapatkan di 4shared.com
Senin, 04 Maret 2013
GB vs Gb
GB
GB Atau Gigabyte adalah Merupakan satuan ukuran file digital yang berasal dari byte (B). Satu byte terdiri atas 8 bit nilai digital yang terdiri atas 0 dan 1. GB digunakan untuk memendekkan ukuran. 1 GB = 2 Pangkat 30 KB = 2 Pangkat 20 KB = 2 Pangkat 10 MB. Perhitungan 2 pangkat itulah yang membuat perbedaan ukuran kapasitas harddisk karena perusahaan hardware menggunakan perhitungan 1 KB = 1000 B. Sementara, bila dalam ukuran digital, 1 KB = 1024 bytes.
sumber : http://jayaputrasbloq.blogspot.com/2011/12/definisi-atau-pengertian-gb-apa-yang.html
Gb
Bit, singkatan dari binary digit adalah unit terkecil yang digunakan untuk mengukur kemampuan penyimpanan informasi pada komputer.
Satu bit diwakili oleh nilai 1 atau 0 yang bisa berarti benar atau salah, atau terkadang dinyatakan pula sebagai on atau off.
Delapan bit membentuk satu byte informasi yang juga dikenal sebagai oktet.
Dengan demikian, perbedaan antara bit dan byte adalah ukuran atau jumlah informasi yang tersimpan.
Sebagai contoh, dibutuhkan delapan bit (1 byte) untuk menyimpan satu karakter.
Huruf kapital “A” dinyatakan sebagai 01000001. Sedangkan huruf kecil “a” diwakili dalam kode biner 01100001.
Perhatikan bahwa bit ketiga sedikit berbeda dalam setiap oktet. Dengan menata ulang bit-bit di dalam octet tersebut, satu byte mampu menghasilkan 256 kombinasi yang unik untuk mewakili huruf, angka, karakter khusus, dan simbol.
Memahami perbedaan antara bit dan byte akan membantu untuk mengingat perbedaan antara unit yang lebih besar seperti kilobit dan kilobyte.
Satu kilobit ekuivalen dengan 1000 bit, meskipun dalam sistem biner ukuran tersebut ditetapkan sebagai 1024 bit. Sedangkan satu kilobyte akan berarti 1000 byte.
Mengetahui perbedaan antara bit dan byte amat membantu untuk memahami perbedaan antara megabit, megabyte, gigabyte, dan gigabit.
Sebagai contoh, 1000 kilobit sama dengan 1 megabit, dan 1000 kilobyte setara dengan 1 megabyte.
Karena satu bit bernilai 8x lebih kecil dari byte, konsekuensinya satu megabyte berukuran 8x lebih besar dari 1 megabit.
Kecepatan koneksi internet dinyatakan dalam kecepatan transfer data di kedua arah (upload dan download) sebagai bit atau byte per detik.
Sayangnya, tidak terdapat singkatan standar, sehingga mudah bagi pelanggan kebingungan membedakan antara bit dan byte.
Sebagai contoh, kecepatan “750 kbps” mungkin disalahartikan oleh pelanggan sebagai berarti 750 kilobyte per detik – atau 8x lebih cepat dari apa yang seharusnya.
sumber : http://bumbata.co/14497/apa-perbedaan-antara-bit-dengan-byte/
GB Atau Gigabyte adalah Merupakan satuan ukuran file digital yang berasal dari byte (B). Satu byte terdiri atas 8 bit nilai digital yang terdiri atas 0 dan 1. GB digunakan untuk memendekkan ukuran. 1 GB = 2 Pangkat 30 KB = 2 Pangkat 20 KB = 2 Pangkat 10 MB. Perhitungan 2 pangkat itulah yang membuat perbedaan ukuran kapasitas harddisk karena perusahaan hardware menggunakan perhitungan 1 KB = 1000 B. Sementara, bila dalam ukuran digital, 1 KB = 1024 bytes.
sumber : http://jayaputrasbloq.blogspot.com/2011/12/definisi-atau-pengertian-gb-apa-yang.html
Gb
Bit, singkatan dari binary digit adalah unit terkecil yang digunakan untuk mengukur kemampuan penyimpanan informasi pada komputer.
Satu bit diwakili oleh nilai 1 atau 0 yang bisa berarti benar atau salah, atau terkadang dinyatakan pula sebagai on atau off.
Delapan bit membentuk satu byte informasi yang juga dikenal sebagai oktet.
Dengan demikian, perbedaan antara bit dan byte adalah ukuran atau jumlah informasi yang tersimpan.
Sebagai contoh, dibutuhkan delapan bit (1 byte) untuk menyimpan satu karakter.
Huruf kapital “A” dinyatakan sebagai 01000001. Sedangkan huruf kecil “a” diwakili dalam kode biner 01100001.
Perhatikan bahwa bit ketiga sedikit berbeda dalam setiap oktet. Dengan menata ulang bit-bit di dalam octet tersebut, satu byte mampu menghasilkan 256 kombinasi yang unik untuk mewakili huruf, angka, karakter khusus, dan simbol.
Memahami perbedaan antara bit dan byte akan membantu untuk mengingat perbedaan antara unit yang lebih besar seperti kilobit dan kilobyte.
Satu kilobit ekuivalen dengan 1000 bit, meskipun dalam sistem biner ukuran tersebut ditetapkan sebagai 1024 bit. Sedangkan satu kilobyte akan berarti 1000 byte.
Mengetahui perbedaan antara bit dan byte amat membantu untuk memahami perbedaan antara megabit, megabyte, gigabyte, dan gigabit.
Sebagai contoh, 1000 kilobit sama dengan 1 megabit, dan 1000 kilobyte setara dengan 1 megabyte.
Karena satu bit bernilai 8x lebih kecil dari byte, konsekuensinya satu megabyte berukuran 8x lebih besar dari 1 megabit.
Kecepatan koneksi internet dinyatakan dalam kecepatan transfer data di kedua arah (upload dan download) sebagai bit atau byte per detik.
Sayangnya, tidak terdapat singkatan standar, sehingga mudah bagi pelanggan kebingungan membedakan antara bit dan byte.
Sebagai contoh, kecepatan “750 kbps” mungkin disalahartikan oleh pelanggan sebagai berarti 750 kilobyte per detik – atau 8x lebih cepat dari apa yang seharusnya.
sumber : http://bumbata.co/14497/apa-perbedaan-antara-bit-dengan-byte/
Rabu, 27 Februari 2013
hosting dan domain
Hosting
Hosting merupakan sebuah space atau ruang yang digunakan
untuk menyimpan file-file yang ada hubungannya dengan website kita, seperti
file HTML, file PHP, file musik, file video, ataupun gambar. Hosting dapat juga
diibaratkan sebagai Flash disk atau Hard disk, dimana alat tersebut berfungsi
sebagai media penyimpan semua file dan data yang ada di komputer kita.
Domain
Domain adalah nama unik yang diberikan untuk mengidentifikasi nama server komputer seperti web server atau email server di internet. Unik disini berarti nama situs anda hanya andalah pemiliknya di internet. Contohnya google.com. Apakah ada situs lain selain google yang namanya sama? Tentu saja tidak ada. Nama google di internet hanya satu. Tidak seperti nama manusia, bisa jadi nama wita ada banyak orang yang menggunakannya bukan. Tentu saja.
Jadi domain adalah identitas anda di Internet
Sedikit tentang teori domain. Sebenarnya, domain itu sendiri
adalah alat pengingat untuk mempermudah manusia dalam mengakses komputer di
internet. Dalam dunia jaringan komputer, dikenal dengan nomor ip. Nah
sebenarnya itulah kode yang digunakan komputer untuk mengakses suatu situs.
Contoh nomor ip diinternet adalah 203.30.236.154. Itu hanya baru satu situs.
Bayangkan bila anda bekerja pada beberapa situs yang berbeda. Tentu akan susah
mengingat angka-angka tersebut bukan. Maka dari itulah dibuat fasilitas domain.
Bila diumpamakan lagi, domain itu bagaikan buku telepon pada sebuah handphone.
Orang-orang tentu lebih mengingat nama dibandingkan nomor telepon bila hendak
ingin menghubungi seseorang.
Top Level Domain (TLD)
TLD merupakan sebuah extension atau akhiran dari suatu nama
domain. Ada 2 kelompok utama dalam TLD, yakni country code top-level domains
(ccTLD) dan generic top-level domains (gTLD). Country code top-level domains
(ccTLD) merupakan sebuah level domain tertinggi yang didasarkan pada kode
negara seperti .id, .us, .ca, .ru, dan masih banyak lainnya. Sedangkan generic
top-level domains (gTLD) merupakan sebuah level domain tertinggi yang digunakan
secara umum seperti .com, .mil, .net, .gov, .edu, .asia, .info ,.org dan masih
banyak lainnya. Hingga tahun 2010, terdapat lebih dari 21 gTLD dan 250 ccTLD.
Second Level Domain (SLD)
Second Level Domain merupakan nama domain yang ada di
sebelah kiri TLD. Agar Anda tidak menjadi bingung, saya akan memberikan
contohnya, jembelisme.com . Nah, kata jembelisme ini merupakan Second Level
Domain (SLD), sedangkan .com merupakan Top Level Domain (TLD).
Lower Level Domain
Lower Level Domain merupakan nama domain yang ada di sebelah
kiri SLD. Lower Level Domain dapat dibagi lagi menjadi Third Level Domain,
Fourth Level Domain, Fifth Level Domain, dan seterusnya. Namun hal ini sangat
jarang. Kebanyakan nama domain hanya sampai SLD saja.
pengertian dan beda webside dan blog
1. Website
Website adalah kumpulan dari halaman-halaman situs atau link yang terangkum dalam sebuah domain atau subdomain yang tempatnya berada dalam World Wide Web (WWW).
Website atau situs juga dapat diartikan sebagai kumpulan
halaman yang menampilkan informasi data teks, data gambar diam atau gerak, data
animasi, suara, video dan atau gabungan dari semuanya, baik yang bersifat
statis maupun dinamis yang membentuk satu rangkaian bangunan yang saling
terkait dimana masing-masing dihubungkan dengan jaringan-jaringan halaman
(hyperlink).
Secara garis besar website dibagi menjadi 2 model : Website
Statis dan Website Dinamik.
Website Statis (isi informasi website tetap, jarang berubah,
dan isi informasinya hanya searah dari
pemilik website). Sedangkan Website Dinamis (isi informasi website selalu
berubah-ubah, dan isi informasinya interaktif dua arah berasal dari pemilik dan
pengguna website, jadi ada hubungan timbal balik).
Biasanya Website menggunakan Domain dan Hosting berbayar
jadi siapkan modal yang cukup jika ingin
membuat website.
2. Blog
Blog merupakan singkatan dari web log adalah bentuk aplikasi web yang menyerupai tulisan-tulisan (yang dimuat sebagai posting) pada sebuah halaman web umum. Tulisan-tulisan ini seringkali dimuat dalam urut terbalik (isi terbaru dahulu baru kemudian diikuti isi yang lebih lama), meskipun tidak selamanya demikian. Situs web seperti ini biasanya dapat diakses oleh semua pengguna Internet sesuai dengan topik dan tujuan dari si pengguna blog tersebut.
Media blog pertama kali dipopulerkan oleh Blogger.com, yang
dimiliki oleh PyraLab sebelum akhirnya PyraLab diakuisi oleh Google.Com pada
akhir tahun 2002 yang lalu. Semenjak itu, banyak terdapat aplikasi-aplikasi
yang bersifat sumber terbuka yang diperuntukkan kepada perkembangan para
penulis blog tersebut. Kebanyakan blog menggunakan subdomain,
contohnya(kupunyailmu.blogspot.com)ada embel-embel "blogspot"nya jika
anda membuat blog dari blogger. Sedangkan Hostingnya gratis, karena sudah
disediakan sama Blogger dan tentunya "unlimited".
yang pasti blog merupakan bagian dari website tapi belum
tentu Website merupakan blog
dengan perkembangan dan inovasi dari para Blogger (pengelola blog) terkadang
sulit juga membedakan antara website dengan blog, tapi gambarannya senagai
berikut:
1.
Pengelola: Kalau website biasanya yang punya
perusahaan atau milik badan bersama, sedangkan blog milik perorangan.
2.
Letak isi: Kalau Website berupa halaman,
sedangkan Blog isi yang baru akan menimpa atau menggantikan yang lama.
3.
Halaman: Website-->Terdiri dari page dengan
link untuk mengakses, Blog berupa CSS (Cascading style Sheet) yaitu sistem
halaman bergulir.
4.
Alamat: Website-->Domain dan Hosting
berbayar, Blog-->Sifatnya gratis
5.
Template: Website-->Variatif sesuai dengan
keahlian si pembuat website, Blog-->Menggunakan template yang sudah
disediakan.
6.
Tujuan: Website--> Komersil, sarana promosi,
Blog-->Tempat menyalurkan ide, krease, aspirasi
Perbedaan yang saya utarakan diatas sebenarnya tidak mutlak
dan baku tapi bersifat keumuman saja
sumber : http://www.kupunyailmu.com/2012/05/perbedaan-website-dengan-blog.html
Selasa, 26 Februari 2013
ebook
Buku elektronik
Buku
elektronik (disingkat Buku-e) atau buku digital adalah versi elektronik dari
buku. Jika buku pada umumnya terdiri dari kumpulan kertas yang dapat berisikan
teks atau gambar, maka buku elektronik berisikan informasi digital yang juga
dapat berwujud teks atau gambar. Dewasa ini buku elektronik diminati karena
ukurannya yang kecil bila dibandingkan dengan buku, dan juga umumnya memiliki
fitur pencarian, sehingga kata-kata dalam buku elektronik dapat dengan cepat
dicari dan ditemukan. Isinya hampir sama dengan buku cetak konvensional, namun
e-book dibuat dan diterbitkan secara digital. Kamus Bahasa Inggris Oxford
mendefinisikan e-book sebagai "sebuah versi elektronik dari buku
cetak," tetapi e-book bisa dan memang ada tanpa versi cetak. E-book ini
biasanya dibaca pada perangkat keras yang memang termasuk salah satu perangkat
e-book. Komputer pribadi (PC), notebook/laptop, dan beberapa telepon seluler
(handphone) juga dapat digunakan untuk membaca e-book.
Sejarah ebook
Di
antara buku-buku versi e-book yang umum, pertama kali ada yang dikenal dengan
nama: Proyek Gutenberg. Proyek ini dimulai oleh Michael S. Hart pada tahun
1971. Sebuah implementasi awal e-book adalah prototipe desktop untuk komputer
notebook yang dibuat, bernama Dynabook, pada tahun 1970 di PARC. Dynabook
menjadi komputer umum yang khusus digunakan untuk kebutuhan membaca pribadi,
termasuk membaca buku. Ide serupa diungkapkan pada saat yang sama waktu oleh
Paul Drucker.
Pada
awalnya, e-book ditulis untuk kalangan khusus dan khalayak terbatas. Hal ini
dimaksudkan untuk dibaca hanya oleh kelompok-kelompok kepentingan kecil dalam
lingkup tertentu, misalnya kaum akademis di kampus. Ruang lingkup materi
pelajaran dari buku-buku e-termasuk pedoman teknis untuk hardware, teknik
manufaktur, dan mata pelajaran lain. Pada tahun 1990, fasilitas media dalam
internet mengalami perkembangna dengan dapat dibuatnya program untuk
mentransfer file elektronik sehingga jauh lebih mudah, termasuk e-book.
Format buku elektronik
Terdapat
berbagai format buku elektronik yang banyak digunakan. Popularitas umumnya
bergantung pada ketersediaan berbagai buku elektronik dalam format tersebut dan
mudahnya piranti lunak yang digunakan untuk membaca jenis format tersebut
diperoleh.Teks polos, PDF, JPEG, LIT, HTML, Format Open Electronic Book Package
Jenis
e-Book yang lebih kompleks dan memerlukan rancangan yang lebih cermat misalnya
pada Microsoft Encarta dan Encylopedia Britannica yang merupakan eksiklopedi
dalam format multimedia. e-Book dengan format multimedia tidak saja berisi teks
dan gambar tapi juga berisi suara, movie, dan unsur multimedia lainnya.
Seiring
dengan perkembangan e-book, seperti yang telah di utarakan sebelumnya,
Kehadiran e-Book semakin diperkuat oleh kehadiran e-Book Reader, dimana e-Book
Reader merupakan alat pembaca atau dalam ungkapan lain untuk menikmati sebuah
karya e-Book diperlukan alat untuk membacanya. Nah, alat untuk membaca sebuah
karya yang terdapat dalam e-Book diperlukan sebuah alat yang di sebut sebagai
e-Book Reader. perangkat e-book reader pun mulai banyak bermunculan. Namun
belum satupun e-book reader yang bisa menampilkan semua versi e-book, berwarna
dan mampu memainkan file multimedia
e-Book
Reader telah banyak perusahaan yang telah mengeluarkannya seperti misalnya iPad
besutan Apple, Kindle besutan Amazon, Nook besutan Barnes dan Noble, dan masih
banyak yang lainnya. Sejauh ini, e-Book Reader dibagi dalam dua jenis yakni
reader dan Tablet PC. Reader Apple Ipad seperti Kindle, Nook dan Sony Reader
mengandalkan teknologi e-ink. Kelebihan dari teknologi tersebut adalah ketika
sebuah e-Book dibuka maka tampilannya hampir mirip terlihat seperti kertas dan
hasilnya tidak mengakibatkan silau di mata pada saat membacanya, karena ketika
membaca e-Book tersebut layaknya seperti membaca sebuah kertas atau buku cetak
seperti pada umumnya. Teknologi e-ink telah di adopsi oleh beberapa perangkat
e-Book Reader.
E-book Sebagai Sumber Pembelajaran
E-book
membantu pendidik dalam mengefektifkan dan mengefisienkan waktu pembelajaran.
Pendidik repot jika harus membawa banyak buku bacaan dalam bentuk fisiknya yang
berat. E-book yang berupa data digital sangat mudah untuk dibawa dalam banyak
file, sehingga pendidik tidak kehabisan bahan belajar untuk peserta didik.
E-book
juga media belajar yang interaktif dalam penyampaian informasi karena dapat
ditampilkan ilustrasi multimedia. E-book memberikan dampak yang luar biasa pada
kemajuan teknologi dalam pendidikan. Bagi seorang pendidik sangat terbantu
dengan adanya E-book dengan berbagai kemudahannya. Pendidik akan lebih mudah
mencari sumber materi pelajaran, menambah referensi sumber belajar. Pendidik
tidak perlu beranjak dari tempat satu ketempat lainnya yang membuang waktu dan
energi, karena E-book bisa didapatkan dari situs web, hanya perlu duduk dan
seaching dengan akses internet. E-book bisa diteriakan sebagai seorang Hero
untuk keberhasilan pendidik mengajar karena efisien dan efektif.
Bagi
peserta didik E-book juga sangat membantu untuk proses belajar diluar kelas
atau dirumah. Peserta didik yang memiliki akses internet di rumah bisa
mengunduh E-book dari situs atau bisa juga cari akses internet gratis di area
hotspot. Karakteristik peserta didik yang haus akan pengetahuan menjadikan
materi yang disampaikan pendidik itu kurang, bisa dianalogikan sayur tanpa
garam. E-book berperan sebagai penunjang materi tambahan pengetahuan, E-book
menjadi garam dalam sayur. Pengetahuan peserta didik akan lebih kompleks dari
pemanfaatan E-book.
Kelebihan ebook
·
Buku digital jauh lebih praktis dan
ringan jika dibandingkan dengan buku tradisional.
·
E-book dapat disimpan dalam waktu yang
lama dengan sedikit kemungkinan mengalami kerusakan.
·
E-book dapat didistribusikan dengan
cepat dan mudah, dengan memanfaatkan jaringan internet.
·
Format E-book kini dapat dibaca dengan
mudah, dengan munculnya berbagai piranti portabel yang khusus dibuat untuk
mempermudah proses membaca (E-book reader).
·
Keberadaan E-book akan mengurangi biaya
dan sumber daya yang dibutuhkan untuk membuat buku tradisional, seperti kertas
dan tinta.
·
E-book cenderung lebih murah jika
dibandingkan dengan buku tradisional.
·
Dapat dikomersilkan dan lebih murah.
Kekurangan ebook
·
Ketergantungan akan sumberdaya listrik .
·
Piranti
pembaca yang masih mahal dan dapat rusak.
·
Rentannya dokumen-dokumen E-book
terhadap aktivitas yang dilakukan pembaca.
·
Banyaknya program yang harus diingat,
mengingat format yang ada semakin bertambah.
·
Masalah hak cipta.
Senin, 25 Februari 2013
jurnal fisioterapi
Chiropractic and pilates therapy for the treatment of adult scoliosis☆
Charles L. Blum,
DC Private practice of chiropractic, Santa Monica, Calif.
Received 11 March 1999; received in revised form 12 May 1999
http://www.jmptonline.org/article/S0161-4754(02)93254-9/fulltext
Charles L. Blum,
DC Private practice of chiropractic, Santa Monica, Calif.
Received 11 March 1999; received in revised form 12 May 1999
Abstract
Objective:
To describe the use of Pilates therapy and sacro-occipital technique in the
management of a 39-year-old woman with scoliosis who had undergone spinal
fusion many years earlier. Clinical Features: The patient had progressive
severe low back pain that had worsened over the years after her surgery and had
prevented her from activities such as carrying her son or equipment necessary
for her job as a photographer. Intervention and Outcome: The patient was
provided a series of Pilates exercises used to overcome her chronic habituation
and muscle weakness. Although this therapy went on for some time, she did begin
to stabilize and increase physical activity. At present, she is no longer
limited in her physical activity, although she still exhibits some symptoms
from her scoliosis. Conclusion: The addition of Pilates therapy can be useful
to care for patients with chronic low back pain and deconditioning. (J
Manipulative Physiol Ther 2002;25:e3)
Introduction
Surgical
intervention for adult scoliosis carries risk.1, 2, 3 The obvious question is,
does the benefit outweigh the possible side effects of surgery? “The decision
to proceed with surgical treatment … must be based on a thorough understanding
of the anticipated benefits from surgical treatment and results that can be
less desirable than the original condition.”2 Complications of surgery on an
adult patient with scoliosis are relatively common, occurring from 30% to 53%
of the time.4, 5, 6, 7, 8, 9 Patients with scoliosis are at risk with epidural
anesthesia.1, 10 Complications as serious as a subdural hematoma have been
reported, which in one case resulted in paraplegia.1 Nonoperative treatment is
best suited to those adults with mild pain or older patients for whom surgery
is not prudent.11
Chiropractic
procedures have been shown to be helpful in the treatment of scoliosis.12, 13,
14, 15, 16, 17, 18, 19 In one study, it was determined that “chiropractic
spinal manipulation offers a possible treatment method for aiding in the
reduction and correction of scoliosis.”19 With chiropractic treatment,
mechanical stability is considered, applying engineering principals to
understand buckling and critical loading. By examining the factors of spine
slenderness and flexibility and strength of the trunk muscles and applying this
understanding to curve mechanics and the biomechanics of scoliosis, the
chiropractor has a rationale for the treatment of mild lateral curves.14
Another study suggested that chiropractic procedures may also have a favorable
long-term effect of preventing reoccurrence of back pain and on retarding curve
progression.12 Because of the serious sequelae associated with surgery,
conservative methods such as chiropractic, especially if they offer relief, are
viable and necessary options.
Case
report
A
39-year-old woman had sequelae caused by a long-term history of severe
scoliosis. The patient had a 2-year-old adopted son (she was not able to carry
a pregnancy because of her scoliosis), and the process of holding him and
trying to play with him caused excruciating pain. She had been working as a
photographer, but the carrying of cameras and the pain and discomfort that
followed made working prohibitive.
In
1974 the patient underwent a spinal fusion of T9 through L4. The surgeons
report noted that the incision was made from T9 down to L4. The spinous
processes from T9 down to L4 were identified and split with a knife.
Subperiosteal dissection of spinous process, lamina, and zygapophyseal joints
was performed involving 9 lumbar and dorsal segments. The spinous process was
split with the osteotome, and a facet fusion was performed with a gouge. An
initial cut was made into the superior facet, and cartilage was removed with a
small gouge. The second cut was made in the lamina just below this, and the
spicule of bone was brought up dorsally and imbricated into the facet. The
spinous process was cut with a gouge, and fish scale pieces were overlapped.
The identical procedure was performed from T9 to L4 so that the entire dorsal
lumbar spine was cut and imbricated. Bone grafts were removed from the right
posterior iliac crest, and strips of cortical cancellous bone were removed. The
bone was placed around the apex of the curve on the concave side to act as a
bone graft.
Twenty
years after her surgery, the patient's condition had continually worsened,
until the fear of being confined to a wheelchair directed her to pursue active
treatment. In early 1995 she began treatment and evaluation with a prominent
orthopedist because of significant pain she was experiencing in the cervical
and upper thoracic region. The orthopedist stated in his report on January 3,
1996, that he recommended a “strengthening program that is designed to produce
proper muscular control and support for her spine with her scoliosis and severe
radicular components which is the only hope that she has nonoperatively. The
alternative is a spinal fusion of her cervical and thoracic spine and there is
quite severe potential chance for complications. The estimated cost of the
spinal fusion is $150,000.00.” He recommended extensive testing, including a
scan, EMG, nerve conduction studies, and myelogram.
The
patient underwent all the all of the tests that were recommended but needed to
be hospitalized after the lumbar puncture for the myelogram for approximately
10 days. The tests essentially revealed that the patient's condition was
worsening. By October 1996, simple activities such as bending down to pick up
her son's toys were now prohibitive, and most of her activities were largely
limited. Because of her fear of surgery, she continued with the physical
therapy recommended by her orthopedist even though she was not seeing any
progress.
When
the patient came to my office in November 1996, she had essentially exhausted
what she considered all her possible options, and believed that she could do no
worse with chiropractic care. She was seen and evaluated, and a course of
treatment ensued. The treatments were spaced initially 1 to 2 times a week for
6 to 8 weeks. Although she was making progress, symptomatically, there would be
a gradual regression during the period between treatments. Specific exercises
were given to her to aid in her recovery; however, because of her chronic
habituation and facilitation, it was extremely difficult for her to isolate
specific muscle groups and stretch or strengthen the weakened or fixated
joints. As a result of these findings, the patient was referred to a Pilates
trainer specializing in exercises for patients with scoliosis.
As
treatment continued, the patient's ability to begin to use her body in a balance
manner allowed her to proceed with her Pilates exercises. Although her progress
was slow initially, 1 year after commencement of chiropractic treatment, she
was beginning to stabilize and increase her physical activity. By the beginning
of 1999 she was only being seen at the office for flare-ups, which consisted of
approximately 5 to 10 office visits per year. The patient was continuing with
her Pilates exercises and would see her Pilates trainer periodically to ensure
that she was exercising with proper placement.
She
now can infrequently carry her son, who is now 5 years old, and although she
still exhibits symptoms of her scoliosis, she is not limited by her condition
at this time. Her condition is consistently improving as of the last office visit.
Discussion
An
effective method of treating patients with scoliosis is sacro occipital
technique (SOT), which was developed by M.B. DeJarnette, a chiropractor and
osteopath.
SOT
orthopedic block placement
One
method, called “orthopedic block techniques,”20, 21 uses wedges or blocks
placed in specific positions to “derotate” the spine and rib cage of the
patient with scoliosis. DeJarnette noted that this type of orthopedic block
technique approach is extremely valuable in multiple rotations because it
permits proper muscle conformation as the correction is being made, and the
correction is made without force and therefore without trauma. Blocks can be
positioned under the pelvis, rib cage, and clavicles with the patient in either
the prone or supine position. With the patient lying supine or prone,
elevations of the pelvis, lumbar, thoracic spine, or rib cage is noted.
Placement of blocks or wedges is determined by SOT protocol, essentially
creating balance in the pelvis and rib cage by way of block placement as
specific reflex points are monitored. As the musculature and fascia relax as a
result of the block placement, reflex points and aspects of the body distal to
the block placement also relax.
Cranial
manipulation
Because
of the multiple interrelationships between the pelvis and cranium,22 it is
common to see cranial restriction in patients with scoliosis. An evaluation of
the cranial bone dynamics is often necessary. A good overview of the dural
membranes in the cranium can be obtained by performing sphenobasilar ranges of
motion.
Flexion/extension
With
the patient lying in a supine position, and the examiner at the head of the
table, the doctor will contact bilaterally the greater wings of the sphenoid
with his/her thumbs while the occiput rests in the fingertips of both hands. As
the head is held gently, a subtle force is initiated in the direction of
flexion. Flexion occurs when the doctor draws the greater wings of the sphenoid
and the occiput caudalward toward the patient's feet. The sphenobasilar
movement is monitored and allowed to return to a neutral position where at that
point the sphenoid and occiput are gently directed into an extension position.
Extension occurs when the doctor draws the greater wings of the sphenoid and
occiput toward the cranial vertex.
Side-bending
rotation
Side-bending
rotation in the sphenobasilar joint occurs when there is an approximation
between the greater wing of the sphenoid and the occiput on the ipsilateral
side. On the contralateral side, there is a lengthening between the greater
wing of the sphenoid and occiput. As this convexity or bulge occurs, inferior
rotation of the cranium will also occur on that side. The side-bending
disturbance of the sphenobasilar junction is named by the side of the convexity.
Therefore the lengthened distance between the sphenoid and occiput
ipsilaterally with its caudal rotation along an anteroposterior axis on the
right side would be termed a right side–bending distortion.
Trapezius
fibers
DeJarnette25
also found a relationship between the trapezius muscle and the thoracolumbar
spine. The trapezius muscle arises from the medial third of the superior nuchal
line at the external occipital protuberance and continues its attachment along
the nuchal ligament until the spinous process of C7/T1. The trapezius continues
along the spinous processes, also attaching to the supraspinous ligaments, of
all 12 thoracic vertebra. The lateral connections of the muscle insert at the
lateral third of the clavicle, medial border of the acromion, and the superior
lip of the crest of the scapular spine.26 DeJarnette25 found a group of 7
myofascial fibers along the trapezius muscles located bilaterally from T1 to
the acromion process. There is a direct relationship between one or more of these
fibers when swollen and specific thoracolumbar vertebra. DeJarnette25
postulated a relationship between the thoracolumbar vertebral pedicles, the
temperature-sensitive spinothalamic tract and the trapezius muscle fibers.
Correcting the malpositions of the specific vertebra balances and reduces
tension in the fiber that affects the entire trapezius muscle, specifically its
connection along the nuchal ligament with its attachment to the occiput.25
Pilates
exercise methods
A
complex method of exercise rehabilitation was developed by Joseph Pilates in
1923. “The Pilates Method of Physical and Mental Conditioning provides thorough
training to improve strength, flexibility, and postural awareness. Its
philosophy integrates the mind with the musculoskeletal system. Although
Pilates has traditionally been used by dancers, the method is becoming more
popular for use throughout general physical therapy practice.”37, 38, 39, 40,
41, 42, 43, 44, 45Exercise therapies have been shown to be effective tools in
combating the progression and sometimes improving the condition of idiopathic
scoliosis.46, 47 Pilates' focus of maintaining a balance in the use of the
musculoskeletal system throughout movements are the ideal physiotherapeutic
exercises for the patient with scoliosis.
It
is theorized that scoliosis-related injuries may cause, or may occur, as a
result of imbalances of the body and preferred patterns of movement. One weak
or misaligned area may result in a propensity to overcompensate or overdevelop
another area. Pilates conditioning works toward a rebalancing of
musculature.37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45 The symmetrical nature of the
Pilates exercise technique and apparatus (reformer)42 makes the Pilates method
an excellent rehabilitative therapeutic agent with patients who experience
imbalances in use as a result of scoliosis.
Practitioners
teaching Pilates therapy can be certified. The certification process is quite
extensive and involves years of study of anatomy and kinesiology along with at
least 2 years of apprenticeship and assistant instructing. There are also both
written and practical examinations required for the certification. One Pilates
teaching facility, “The Pilates Studio”, (New York, NY) has an extensive
teacher certification program that involves years of supervised teaching,
studies in anatomy and kinesiology, written, oral, and practical examinations,
as well as yearly recertification through continuing education courses.
Treatment
Treatment
for the patient discussed here consisted of sacro occipital technique and
“fascial unwinding” techniques. When patients with scoliosis are treated, a
balance between structure and function must be determined. Then a balance
between structure and function must be attained. Treatment focused on creating
a release of the patient's “fascial makeup,” which encased her spine, thoracic
cage, and cranium. Although I was concerned about her scoliosis and imbalance,
my focus was to unwind the 3-dimensional “scoliotic spiral” that her body
presented.
Lower
extremities and pelvis
The
patient exhibited a pattern that affected her from head to toes. Treatment was
focused on her whole body dynamics and fascial patterning. Initially it was
noted that her right lower extremity was externally rotated. This was initially
treated with SOT's iliofemoral technique, which is a method that is designed to
release a chronic contracture of the hip external rotators at their insertion
at the greater trochanter. When this condition persisted, evaluation of the
right knee, ankle, and foot revealed a continuation of the facial “twisting”
with a posterior fibula and lateralization of the talus with the calcaneus
presenting medially and in “hyper” inversion. The fibula and talus were
adjusted to correct their position and the foot and ankle were taped in a
neutral position, to decrease the persistent ankle inversion.
Lumbar/cervical
relationship
With
regard to her spine, the patient had a longstanding rotation of the L2 spinous
to the left and T8/9 to the right, creating a significant rib cage distortion.
This was present even though the patient had fusion from T9 to L4. Her lumbar
paravertebral musculature was notably decreased on the right with increased
height of the paravertebral musculature noted on the left in the prone and
standing postures.
With
SOT's R+C therapy, sensitivity was noted at the patient's left C4 transverse
process, and an orthopedic block was placed under her right ilium, between the
anterior superior iliac spineand greater trochanter. This placement restricts
pelvic bone rotation and elevates the right side of the pelvis and engages the
right paravertebral musculature. As the right paravertebral muscles contract as
a result of this block position, the fascia and musculature (iliopsoas and
quadratus lumborum muscles) surrounding the rotated L2 “unwinds,” and
sensitivity at the C4 transverse process decreases or is eliminated. Pressure
to the left of the L2 spinous process rotating to the right assists the process
of relaxation and neutralization of the reflex at the C4 transverse process.
The procedure can take anywhere from 2 minutes to 20 minutes depending on the
chronicity of the patient's condition.
Cervical
relaxation
With
specific “sutural technique”48 cervical preparatory procedures, the cervical
fascia is relaxed, with various techniques used to release any platysma,
scalenus, sternocleidomastoid fixation, and the deeper posterior vertebral
musculature of the cervicothoracic, cervical and suboccipital regions. After
relaxation of the cervical myofascial a procedure called “cervical stairstep”
was used. This procedure will localize and correct “loosened motor units” of
the cervical vertebra. DeJarnette recommends using a treatment called the
“figure eight,” which he described as the “ideal cervical technique as it
involves no violent motions or thrusting forces, rather a gentle controlled
motion to reset the processes of the loosened cervical motor units.” The
“resetting of the vertebra” involves a mechanical repositioning of the
vertebra, normalizing any limitations in ranges of motion during stairstep
range of motion testing.49
Cranial
bone/meningeal “unwinding”
Often,
in patients with scoliosis who have had surgery fixating parts of their spine,
a “build up” of tension can be palpated in the cranial aponeurosis and
meningeal structures. Sutural technique involves a step-by-step method of
analyzing myofascial and cranial sutural fixation with procedures to gently
relax and unwind any sutural or meningeal restrictions. Often, when the
patient's cranial base is affected, a procedure entitled “sphenobasilar range
of motion technique” is used to effectively determine the magnitude of cranial
base fixation and subsequently can be used to release this fixation.
Pilates
rehabilitative exercises: Precision of alignment, breath, and body placement
Although
various Pilates exercises were used, the following gives an example of the
exercise methodology and relationship to a patient with scoliosis. Only 2 of
the many exercises are described: (1) the prone latissimus dorsi pulls with
twist and (2) the side leg lift.
The
patient had significant spinous vertebral rotation in her mid thoracic region,
convexity of the curve toward the right with apex of the curve at T8/9. The
prone latissimus dorsi pulls with twist exercise was modified for the patient
to create an exercise to address this asymmetry. In the lumbar region the
patient had significant spinous vertebral rotation with convexity of the curve
to the left and apex of the curve at L2/3. The side leg lift was modified
regarding repetitions to address the decreased muscle mass of the right lumbar
paravertebral musculature.
Prone
latissimus dorsi pulls with twist
This
exercise was modified for this patient and was not performed the same on both
sides because of the vertebral spinous rotation in the mid thoracic region. To
address the asymmetry a “twist” or upper body rotation to the right was added
when the ipsilateral right arm was used, whereas no “twist” when using on the
left arm. This exercise is performed on alternating sides through 3 to 5
repetitions.
The
exercise begins with the patient lying on his or her stomach with a small
pillow under the abdomen to reduce any lumbar lordosis. Both arms are
straightened and extended above the head.
Right
side
Keeping
the neck relaxed, have the patient lift the head and arms approximately 10
degrees off the floor. The patient breathes in and then while slowly exhaling,
reaches, extending outward, with the right arm and in unison rotates the neck
90 degrees toward the right while slowly describing a semicircular arc toward
the right hip with the right arm. The patient then slowly returns the arm and
head to the starting position (held 10 degrees off floor) as they inhale. Then
have the patient lower their head and arms, so that the forehead and arms touch
the floor.
Left
side
The
exercise varies on the left side because the head and arm do not lift off the
floor. The patient breathes in and then while slowly exhaling, she reaches,
extending outward, with the left arm, while slowly describing a semicircular
arc toward the left hip with the left arm. At a few inches from the left hip
the arm makes a pulsing action (3 times), abducting and adducting, to activate
the left latissimus dorsi, trapezius muscles, and adjacent musculature to
encourage strengthening of the left mid thoracic paravertebral muscles. After
the 3 pulses the left arm is replaced in a semicircular arc to its starting
position, extended over the head. Sometimes a light weight (3 pounds) can be
used on this left side procedure.
Side
leg lift
This
exercise relieved tension in the patient's upper trapezius musculature and was
modified by performing greater repetitions (5 repetitions on “weaker” side
versus 3 repetitions on “stronger” side) on the side of weaker or less muscle
development in the lumbar paravertebral musculature.
Side
leg lifts are performed with the patient on their side with a pillow under
their head in a neutral position, without any lateral flexion. Alignment of the
body is essential, keeping the head, shoulders, hips, knees, and feet in a
“perfect” line. (1) Initially have the patient breath in and then exhale,
engaging the abdominal muscles without altering pelvic position. (2) Then have
the patient reach the superior leg “out” of the hip without contracting the
ipsilateral quadratus lumborum muscle nor having the superior hip and costal
margins approximate themselves. (3) The superior leg is then lifted
approximately 10 to 20 degrees and held for 3 seconds before gradually replaced
to the starting position as the patient breaths in. All motions are fluid,
gradual, with emphasis on precise body placement.
Conclusion
Pilates-type
exercises are essential whether the patient chooses a surgical or conservative
route of care. It appears from the research performed at the Katharina Schroth
Hospital that exercises focused on balancing spinal curvatures and the
associated muscles in conjunction with chiropractic/cranial therapy have been
successful options to surgical intervention.
Much
of the research in scoliosis intervention is focused on whether the curves are
reduced and whether the spine appears to be “straighter.” What is difficult to
measure, to some degree, is the ability of the fascia to allow for motion in
various positions. Sometimes there will be a “freeness” in the fascia but that
will not be found by increases of range of motion. This means that the skeletal
structure might still have a fixed anatomic structure, but the fascia and
musculature will not. Wolfe's law notes that as stress is applied to osseous
structure the trabecular pattern will modify or reconfigure itself to the
amount, direction, and location of the stress by increased localized bone mass.
Because osseous structure is constantly responding to stress, a balanced
nonfixated myofascial structure is theorized to create a 3-dimensional template
by which a scoliosis might reconfigure over time, measured in years.
Another
theory regarding releasing of the myofascial structure in patients with
scoliosis relates to Hiltons law. Hilton's law states that the motor nerve to a
muscle tends to give a branch of supply to the joint, which the muscle moves
and another branch to the skin over the joint.26 The neural intercommunication
might also help the osseous reorganization of the patient with scoliosis as
their muscles act in a more “balanced” manner.
The
ultimate result of treatment is to determine whether the patient has decreased
pain and increased function. It is imperative that chiropractic, in conjunction
with exercise modalities such as Pilates, team together to formulate studies on
the efficacy of cotreatment for patients with scoliosis. Greater communication
and education of our fellow health care practitioners is necessary, so that
many forms of care are available for patients with scoliosis, and surgery is
the last resort after other conservative methods have been exhausted.
http://www.jmptonline.org/article/S0161-4754(02)93254-9/fulltext
Langganan:
Postingan (Atom)